Catatan ini diambil dari
Kilas Balik Kasus - Kasus Besar Yang Tak Terpecahkan & Tertangani by @STNatanegara pada link http://chirpstory.com/li/18657
Di benak saya terlintas tanda tanya besar terkait
beberapa peristiwa besar yang tak terpecahkan dan belum tuntas penanganannya. Bila
benang kusut peristiwa2 besar tersebut saya coba urai dan kait2 kan, sepertinya
mulai terhubung oleh seutas benang merah ...
Dari sederet kasus/peristiwa yang belum juga
terselesaikan hingga kini, sebagian dari kasus itu bertalian satu dengan yang
lainnya. Berturut-turut adalah Antasari Ashar, Bibit -Chandra, Susno Duadji,
dan Miranda Swaray Goeltom-Nunun Nurbaeti, Gayus Tambunan, Nazarudin.
Skandal Bank Century misalnya, mungkin saja punya
pertalian dengan kasus-kasus Antasari Azhar, Bibit-Chandra dan Susno Duadji. Kasus
pembunuhan Munir, kasus manipulasi suara dalam pemilihan umum 2009, maupun
kasus rekening gendut Perwira Polri juga mungkin berkaitan serta beberapa kasus
yang sedikit lebih ‘kecil’ yang melibatkan nama Artalita Suryani,
Anggodo-Anggoro Widjojo, Aulia Pohan dan lainnya.
Tidak semua kasus punya keterkaitan langsung, namun
setidaknya setiap kasus yang saya sebutkan terangkai oleh seutas benang merah.
Benang merah itu dihubungkan oleh keterlibatan nama-nama besar dalam konteks
kekuasaan yg memiliki peran layaknya sutradara dibelakang layar. Adanya
kekuatan dalam kekuasaan membuat kasus2 itu lalu memiliki kesamaan lain, yakni
sama2 sangat sulit terungkap untuk mendapat penuntasan. Kesamaan lainnya adlh
dalam penanganan kasus2 tsbt menggunakan pola ‘main pinggir’, sehingga hanya
pelaku2 pinggiran yang menjadi tumbal. Tokoh2 sentral sejauh ini aman dan
terlindungi, mereka yang mengendalikan semua permainan untuk dan atas
kepentingan sang titik sentral.
Pembunuhan Nasruddin Zulkarnaen yang kemudian menyeret
Antasari Azhar sebagai Ketua KPK ketika itu ke meja hijau bukan perkara
sederhana. Kenapa Antasari harus jadi sasaran konspirasi? bisa jadi usaha
pembongkaran apa dibalik drama ini akan membuka konspirasi yg lebih jahat lg. Membuka
siapa yang main api di belakang panggung politik dan kaitannya dengan
penghitungan suara Pemilu 2004 dan 2009 di tangan KPU.
Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden 2009 diduga
adanya beberapa sinyalemen tentang manipulasi hasil pemilihan umum dg rekayasa
TI. Pertama dlm Pemilu legislatif sorotan utama tertuju kpd Partai Demokrat yg
suaranya meningkat sekitar tiga kali lipat dari Pemilu 2004. Kedua kemenangan
SBY-Budiono yang sekitar 60 persen, dianggap too good to be true. mengingatkan
kita pd hasil-hasil pemilu zaman Soeharto. Ketiga kecurigaan rekayasa IT KPU
dimana dana yg besar tetapi tidak capable untuk digunakan mendukung pemilu yg
bebas dari dugaan2 rekayasa. Keempat adanya tuntutan bahwa suara untuk Ibas,
putera SBY, di daerah pemilihannya adalah hasil manipulasi dan dilaporkan ke
Polri. Bukannya tuntutan itu ditindaklanjuti, tetapi sang pelapor, yang juga
adalah kontestan, justru diproses oleh Polri atas perintah Kapolri BHD. Kelima
seperti Pemilu sebelumnya, anggota KPU Andi Nurpati tiba-tiba diberi tempat
dalam DPP Partai Demokrat, diduga sebagai balas jasa.
Disitulah nama Antasari terperosok dalam pusaran arus
konspirasi yang akhirnya menjadikan Antasari sebagai pesakitan di penjara. Antasari
Azhar juga adalah orang yang patut ‘disalahkan’ pihak Istana atas terseretnya
besan Presiden SBY, Aulia Pohan ke penjara. Selain
itu Antasari pula Ketua KPK yang terlibat proses awal menuju penanganan Kasus
Bank Century yang akhirnya menjadi skandal BLBI II. Aksi Antasari ini bersamaan
waktu dengan keberadaan dan peran Susno Duadji selaku Kabareskrim Mabes Polri
dalam kasus yang sama. Kemudian Antasari dan Susno Duadji juga terkait kasus
Cicak-Buaya dalam upaya rekayasa kasus Bibit-Chandra sbg upaya pelemahan KPK.
Dalam kasus Century, Susno sendiri adalah
seorang jenderal polisi yang diyakini memiliki ‘pengetahuan’ tertentu terhadap
kasus Bank Century. Dialah yang pernah mengusut langsung hingga ke Bank
Indonesia– serta patut diduga mengetahui manipulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilu
2009.
Antasari dan Susno Duadji kemudian
bernasib sama, dicoba dibungkam melalui rekayasa dan pengungkapan ‘dosa lama’
dan permainan 'agen' wanita. Selain nama Antasari dan Susno, pusaran arus
konspirasi terkait Century juga memunculkan nama petinggi BI yang juga terlibat
kasus lain.. Dia Miranda Goeltom, dia tau tentang lika-liku internal BI,
khususnya tentang kasus-kasus berkaitan dengan kekuasaan, Termasuk perannya
dalam skandal Bank Century, telah terbukti menjadi kekuatan Miranda Goeltom
hingga tidak kalah dengan "wonder woman". Antasari, Susno, Century,
Andi Nurpati, Sri Mulyani, Budiono, Miranda memiliki kaitan sangat erat dengan
Skandal Bank Century..
Skandal Bank Century sementara itu
dianalisis sebagai bagian dari suatu mobilisasi dana politik besar-besaran yang
memenangkan RI1 sekarang. Kasus skandal keuangan dan perbankan, kasus
pembunuhan politik yang tak terungkapkan selalu ada nama besar di belakang
tabir peristiwa. Kita juga tahu dan memahami betapa besar pengaruh uang dalam
suatu kolusi dengan kekuasaan yang cenderung makin korup dan bobrok di masa
lalu, uang dan kekuasaan, mengaburkan upaya pencarian kebenaran dalam
kasus-kasus seperti skandal Edy Tanzil, korupsi di Pertamina, korupsi di Bulog,
skandal BLBI yang terjadi menjelang masa peralihan kekuasaan Soeharto di awal
reformasi, hingga skandal Bank Bali.
Kaburnya Edy Tanzil dari pengamanan LP
Cipinang secara mudah dan tak ‘terendus’ hingga kini, menjadi cerita misteri
lainnya yg tak terungkap. Edy Tanzil mendapat kredit besar dalam rangka
pengambilalihan industri kimia, berdasarkan rekomendasi Laksamana Soedomo ex
Kaskopkamtib. Terbukti seekali lagi, selalu ada nama-nama besar di belakang
kejahatan-kejahatan berskala nasional. dari dulu, hingga sekarang..
Mulai dari pembunuhan Munir, penghilangan
aktivis gerakan kritis menjelang 1998, sampai pembunuhan peragawati Dietje di
masa Soeharto. Kasus korupsi yang boleh dikata sudah nyaris telanjang bulat di
mata publik, tetap dibuat berputar-putar bila menyentuh lingkaran kekuasaan.
Bicara korupsi sayanganya Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono seakan tak berdaya di depan para koruptor, mafia hukum dan
mafia perpajakan. Janji retorisnya memimpin pemberantasan korupsi di barisan
terdepan, tak kunjung henti ditagih oleh masyarakat warga negara Indonesia. Janji
sekedar janji malah sang waktu kembali menyingkap berbagai keterlibatan aparat
di tubuh pemerintahannya dalam praktek-praktek kotor.
“Anjing
menggonggong kafilah tetap berlalu”. kritik dan sorotan dianggap gonggongan
anjing pengganggu, tp kafilah korupsi lebih ‘berharga’.
Terlibatnya nama2 besar dalam berbagai
kasus juga terjadi dalam rekayasa kasus pembunuhan peragawati Dietje di
pertengahan 1980-an. Kita kembali ke masa lalu dulu untuk meyakinkan kita bahwa
dibalik setiap peritiwa rekayasa selalu ada nama2 besar dilingkaran kekuasaan.
Peragawati Dietje di pertengahan 1980-an
digunakan 'jasa' nya oleh seorang ex petinggi militer yang juga terjun ke dunia
usaha. 'Jasa' peragawati Dietje digunakan untuk menyenangkan menantu seorang
tokoh kekuasaan yang sangat penting. Berkat jasa Dietje, sang ‘jenderal’
pengusaha mendapat satu kontrak besar pembangunan sebuah bandar udara modern. Sayang
hubungan Dietje berlanjut jauh dg sang menantu. saat affair itu ‘bocor’ ke
keluarga besar, keluar perintah memberi pelajaran Dietje, hanya saja perintah
yang semula hanya untuk memberi pelajaran ternyata ‘kebablasan’ menjadi suatu
pembunuhan. Dietje ditembak di bagian kepala pada suatu malam tatkala mengemudi
sendiri mobilnya di jalan keluar kompleks kediamannya di daerah Kalibata. Pak
‘De’ Siradjuddin yang dikenal sebagai guru spiritualnya dikambing hitamkan,
ditangkap, dipaksa mengakui sebagai pelaku pembunuhan. Dia diadili dan sempat
dipenjara bertahun-tahun lamanya sebelum akhirnya dilepaskan tanpa kejelasan
akan kebenaran peristiwa ini.
Kasus Mr N dan Mr AU telah membuat pusaran
arus tersendiri tetapi masih juga terkait dengan lingkaran kekuasaan. Dengan
dugaan yang sama, kasus Mr N dan Mr AU dipastikan ada andil nama besar di
belakang layar termasuk sang putra mahkota yg tersandera.
“Satu
rupiah saja Anas korupsi di Hambalang, gantung Anas di Monas” kalimat ini boleh
anda anggap doa, mantera maupun kata2 mutiara. Tapi saya analisa bahwa
sebenarnya Anas justru sedang mengirim pesan ke seberang Monas. di seberang
Monas, berkantor Presiden RI SiBeYe. Anas sedang mengingatkan agar SiBeYe
jangan membiarkan dirinya terpojok sendirian dan harus turun tangan
menyelamatkan dirinya! Anas sebenarnya masih cukup kuat dan bisa menyelamatkan
diri. tapi jika tidak diselamatkan, deretan domino akan rubuh secara berantai. Anas
menasehati “KPK tidak perlu repot2 mengurus Hambalang. Karena itu, kan, asalnya
ocehan dan karangan yg tidak jelas. ngapain repot2”.
Nazaruddin nampaknya seperti banteng
terluka, merasa akan dikorbankan sendirian. maka ia menggapai-gapai kian kemari
seperti membabi buta. Mr N menyebutkan nama2 yg terlibat mempermainkan uang
negara: Angelina Sondakh, Mirwan Amir sampai Andi Mallarangeng dan Anas
Urbaningrum semuanya adalah kawan separtai dan I Wayan Koster dari PDIP.
menyusul, Didi Irawadi dan terbaru Gede Pasek Suardika, merembet ke tokoh
Golkar, Azis Syamsuddin yang namanya disebutkan oleh Mindo Rosalina Manullang
dalam kaitan proyek di Kejaksaan Agung. Dalam rangkaian tali temali berbagai
kasus, ada Ahmad Mubarok, Sutan Bathugana maupun Johnny Allen Marbun yang belum
juga tuntas masalahnya.
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat pun
tak luput dari sorotan, seperti misalnya yang pernah dilansir oleh dua koran
Australia, The Age dan The Sydney
Morning Herald, menyorot berbagai rumor politik. sorotan-sorotan terhadap diri
dan partainya sungguh merepotkan SBY.
Tragis bagi bangsa ini, presidennya lebih
dari 2 tahun tidak mengurus rakyat tetapi hanya sibuk bela diri, keluarga,
kelompok dan partainya. Tak kurang beberapa tokoh memberi nasehat, “Adalah
tidak patut menyimpan sampah, karena seharusnya sampah itu dicampakkan”.
Dengan dugaan adanya nama besar dibalik
peristiwa, analisa saya Angelina Sondakh akan menjadi terdakwa terakhir yg akan
dibawa ke pengadilan. Sembilan dari sepuluh kemungkinan, Anas Urbaningrum
takkan pernah sampai ke depan meja hijau Pengadilan Tipikor apalagi di 'monas'
kan. Sulit menyentuh Anas, tanpa menyentuh lebih jauh ke atas. bukankah bisa
bubar republik ini seperti klaim dari Nazarudin tempo hari..?
Kasus Bank Century yang terkait dengan
dana pemilu beberapa tahun silam, terarah ke figur Budiono dan SBY dengan Sri
Mulyani sebagai tumbal. Behind every great fortune, there is a crime. di
belakang angka-angka (uang dan ‘keberuntungan’) yang besar, cenderung terdapat
kejahatan. Selalu sama, terjadi ‘sinergi’, tepatnya konspirasi, antara pejabat
korup dan penyalahguna kekuasaan dg para pelaku ekonomi manipulatif.
Angka-angka biaya politik di belakang
berbagai pemilihan umum presiden, legislatif atau kepala daerah, sejauh yang
diketahui, selalu tinggi bahkan terlalu tinggi hingga menjadi fantastis, baik
di kalangan the winners maupun di kalangan the loosers. Akibatnya bisa ditebak,
begitu banyaknya pemenang pemilu itu kemudian terbukti terlibat tindak pidana
korupsi dan penyalahgunaan wewenang.
Ada 17 dari 33 Gubernur dan 138
bupati/walikota, berarti lebih dari 1/4 jumlah bupati/walikota se-Indonesia
yang tersangkut kasus korupsi. Anehnya para whistle blower malah dimasukkan
secara keroyokan ke ladang pembantaian, atau justru dipendam agar tertutup
mulutnya. Kenapa ini bisa terjadi? para tikus memang ada dan cukup kuat
posisinya dalam beberapa posisi strategis dalam lingkaran kekuasaan.
Gayus Tambunan bisa dikatakan juga korban
konspirasi, padahal berton-ton informasi telah keluar dari mulutnya. Apa yang
sudah diungkapkan Gayus Tambunan ditengah upaya politisasi oleh Denny yang
mengarah kepada Aburizal Bakrie, serta keterkaitan nama Komjen Susno Duadji,
jaksa Cirus Sinaga dlm ‘misteri’ kasus Antasari Azhar, mengkonfirmasi adanya
kejanggalan.
Saya ulas lagi kasus Gayus T, penanganan
awal kasus Gayus Tambunan dilakukan di masa Kabareskrim dijabat Komjen Susno
Duadji. Susno Duadji pula yang memicu ekspose kasus Gayus Tambunan ini dalam
isu Mafia Pajak dan adanya Mafia Hukum di tubuh Polri. Susno menyebut
keterlibatan nama-nama Brigjen Raja Erizman, Brigjen Edmond Ilyas serta sejumlah
perwira polisi lainnya. Dua nama yang disebut Susno tersebut kini telah naik
pangkat dan mendapatkan promosi jabatan strategis di Polri. Keterangan Susno
juga merembet Jaksa Cirus Sinaga cs dan Hakim Muhtadi Asnun yang ‘membebaskan’
Gayus, keduanya juga telah dipenjara. Jaksa Cirus Sinaga, adalah jaksa penuntut
umum yg gigih ‘menjebloskan’ Antasari Azhar melalui proses peradilan di
Pengadilan Jakarta Selatan. Saat Antasari Azhar diadili, Susno Duadji tampil
sebagai saksi yg memberi pengungkapan adanya rekayasa kepolisian dalam kasus
Antasari Azhar. Berdekatan waktu dengan ‘penjemputan’ Gayus Tambunan di
Singapura oleh Denny Indrayana dan tim Mabes Polri di bawah Komjen Ito Sumardi.
Kemudian penjemputan Sjahril Djohan, terjadi insiden pencegahan dramatis di
Bandara Soekarno-Hatta atas Susno Duadji oleh para perwira Polri.
Menarik untuk melihat adanya benang merah
yang mempertalikan peristiwa-peristiwa itu sebagai satu rangkaian pola yang
tersusun dengan rapi. Harapan publik pada janji SiBeYe tampaknya sia-sia
meskipun publik tetap menagih komitmen dan janji politiknya untuk memberantas
korupsi.
Kini borok Polri terungkap, untuk
memperbaiki Polri, apapun caranya, semestinya kita bisa menoleh kepada Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Tapi bisakah itu? mungkin tidak, karena sekali lagi,
……. sepanjang menyangkut SiBeYe, harapan itu akan sia-sia….. terkubur dalam2...
Mengenai Polri VS KPK, dalam menghadapi
‘pertarungan’ dengan KPK, seorang Pati Polri menyebutkan telah dilakukan
sejumlah ‘operasi gelap’. Pernah saya twitt tentang pentingnya pimpinan maupun
intel KPK tidak tidur 24 jam beberapa waktu lalu.. terutama menghadapi
rembesan. Rembesan itu berupa ‘operasi gelap’ intelkam Polri. diantaranya,
penyadapan komunikasi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Dari penyadapan
itu, bisa diketahui siapa pemimpin KPK yg paling getol mendorong pengusutan
perkara di Polri utk dicari dosa masa lalunya. Selain itu penguntitan dan
penjejakan terhadap beberapa petugas Komisi Pemberantasan Korupsi juga
dilakukan terutama yang sedang disadap. ‘Peluru
berukir’ untuk membidik pemimpin KPK juga disiapkan.kesalahan yang mungkin
dilakukan mereka pada masa lalu direview kembali. Operasi gelap penyadapan,
mencari-cari celah kesalahan, saatnya mempertanyakan, sudah menjadi apakah
wujud Polri sesungguhnya kini?
Apakah sang maharaja sutradara durjana
tidak tau dan menutup mata ataukah malah memberikan titah?
Nagi saya terhadap polisi sekarang,
silahkan anda mengatakan apa saja. Polisi bisa disebut, “……… berseragam”, atau
apapun sebutan anda..
Silahkan anda mengisi titik-titik itu
dengan apa yang anda pikirkan mengenai polisi saat ini....
Di sejumlah negara ‘dunia ketiga’ yg penegakan
hukumnya kacau balau, ada sebutan populer, villain in uniform atau bandits in
police uniform
STNatanegara 26/Aug/2012 12:38:32 AM PDT
No comments:
Post a Comment