Catatan ini diambil dari
"Bakrie Menuju Kebangkrutan?" by @STNatanegara pada link http://chirpstory.com/li/26046
Oktober 2008 Bakrie Group hampir kolaps... Oktober
tahun ini apakah terulang.... ??? Mengingat besarnya hutang jatuh tempo... Apakah
Bakrie mampu menyediakan dana 9T? Dengar2 Bakrie hendak melego salah satu
perusahaannya... Jikapun tahun ini bisa dilewati, tahun depan akan lebih berat
bg Bakrie, hutang yg akan jatuh tempo lebih besar lagi... Belum lg misteri
penjualan DEWA senilai 1 dolar oleh Bakrie... Jauh dibawah harga sebenarnya...
Sepertinya sudah tidak ada lagi saham yg dapat
digadaikan oleh Bakrie, tahun ini tahun yg kelam bagi Bakrie.... Banyak sekali
tunggakan yg harus dibayar oleh Bakrie.. Lapindo, Esia, Bakrie Life, Newmont,
BUMI dan lainnya menunggu.
Banyak sudah yg mengingatkan bahwa gadai saham sangat
beresiko... Bahkan ditentang oleh partnernya sendiri yg dari Inggris. Tapi
sepertinya hanya dianggap gonggongan anjing saja... Sedang Bakrie tetap berlalu
sambil menumpuk hutang. Bayangkan dulu saham BUMI sempat mencapai 8000 tapi
kini hanya diangkat 700 saja... Bahkan saham DEWA mentok di 50. Belum lagi
misteri hutang 600M di Esia yg sempat menyebabkan perdagangan sahamnya di
suspend oleh BEI.
Deposit 230Juta dolar di salah satu perusahaan
investasi yg berafiliasi dg Bakrie pun tidak jelas keberadaannya dan tdk bisa
dicairkan. Padahal Bakrie masih punya hutang lebih dari 1Miliar dolar ke CIC...
Sangat diragukan Bakrie sanggup membayarnya. Jelas sekali kini Bakrie Group
dompetnya sudah kosong, likuiditasnya sangat rendah, kalau saya boleh bilang
sudah melarat. Yang pasti kini saham-saham yang terafiliasi dengan kelompok
usaha Bakrie kembali mengguncang bursa saham tanpa bisa dikendalikan.
Lihat saja saham BUMI amblas sekitar 19,05% ke level
Rp 680 per saham, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) anjlok 16,85% di level Rp 74 per
saham. PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN), juga merosot sekitar
8,97% jadi Rp 520 per saham.
Dari 11 saham kelompok usaha Bakrie, hanya saham PT
Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) yang
stagnan. Stagnan bukan berarti baik tapi sejatinya diakibatkan sudah mentok dinilai
terendah yakni Rp. 50. BUMI, BTEL, dan BORN, PT Energi Mega Persada (ENRG), PT
Bumi Resources Minerals (BRMS), dan PT Bakrieland Development (ELTY) jg memerah.
Sebab utamanya adalah sentimen negatif utang yg menggunung, ditambah ancaman
default, dan kasus penghentian sementara perdagangan saham BTEL.
Sentimen negatif justru datang dari salah satu kongsi
usaha milik Grup Bakrie sendiri, yakni Bumi Plc yang berdomisili di Inggris. Dikabarkan
bahwa manajemen perusahaan milik grup Bakrie yg tercatat di London Stock
Exchange ini mengirim surat pd otoritas bursa di London. Isi surat itu
memberitahukan bahwa manajemen Bumi Plc akan membentuk tim investigasi untuk
menyelidiki kemungkinan penyelewengan keuangan. Penyelewengan keuangan itu
terjadi di anak usaha Bumi Plc, yakni PT Bumi Resources Tbk dan PT Berau Coal
Energy Tbk yg listing di BEI. Sialnya saham perusahaan patungan antara Grup
Bakrie, Samin Tan, dan Nathaniel Rothschild ini anjlok 24,66% dalam sehari. Padahal
tercatat bahwa saham BUMI Plc telah anjlok 74 persen (yoy) hingga Januari 2012,
begitupun anak perusahaan yg ada di Indonesia. Saham BUMI juga anjlok 77
persen, saham Bakrie and Brothers anjlok 29 persen, serta Bumi Resource Mineral
juga anjlok 36 persen (yoy).
Hingga kuartal I tahun 2012, total utang perusahaan
terafiliasi dengan Bakrie Brothers mencapai Rp 21,4 triliun dan jatuh tempo thn
ini 9T. Ada juga utang dalam mata uang dollar AS senilai 5,7 miliar dollar AS.
Sekitar 275 juta dollar AS adalah utang jatuh tempo tahun ini.
Panik hingga PT Bakrieland Development Tbk (ELTY)
berencana melepas kepemilikan saham di PT Bakrie Toll Road (BTR). BTR bergerak
di bidang insfrastruktur jalan tol, dan hasil divestasi saham BTR digunakan
untuk mengurangi utang perseroan. ELTY menguasai 69,99% saham di BTR melalui
anak usahanya yaitu PT Bakrie Infrastructure. ELTY mencatat kinerja buruk, rugi
Rp 81,16 miliar, pendapatan usaha turun dari Rp 1,04 T di Juni 2011 menjadi Rp
962,9 M di Juni 2012.
Sial bagi Bakrie ketika ada imbauan menjauhi saham
Bakrie seperti yang dikatakan dalam riset harian MNC Securities pada 7
September 2012. Alasannya karena hutang dan mungkin salah investasi, terkesan
ada yang disembunyikan dari mereka yang ditujukan untuk keuntungan perusahaan. Disaat
tengah menghadapi masalah serius dengan dituding melakukan penyelewengan oleh
Bumi Plc, Bakrie jg akan “dicerai” oleh Samin Tan. Samin Tan menginvestasikan
USD1 miliar melalui perusahaan tambang di London, yakni Bumi Plc... dan apesnya
ini tersisa hanya USD140 juta
Ketegangan antara Bakrie dan Samin Tan akibat Bumi Plc
yg menyelidiki penyimpangan keuangan di anak usahanya, PT Bumi Resources Tbk
(BUMI). Selain itu hubungan antara Bakrie dengan Co-founder Bumi Plc Nathaniel
Rothschild sudah lama retak dan tidak mesra lagi. Bumi Plc meminta dilakukannya
investigasi independen atas laporan BUMI yang mana hal ini telah memukul harga
saham Bumi Plc. Bumi Plc mempersoalkan dana pengembangan BUMI sebesar USD247
juta dan biaya eksplorasi PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) sebesar USD390 juta.
Sekitar lima tahun yang lalu, saham tujuh samurai,
istilah beken untuk tujuh saham Grup Bakrie adalah saham paling digemari oleh
investor. Waktu itu saham-saham emiten yang terafiliasi dengan Group Bakrie
sempat menguasai indeks saham Indonesia. Kini keadaan tadi berbalik 180
derajat, Analis Efek pun kini menyarankan investor menghindari saham yang
terafiliasi dengan Group Bakrie. Maklum saja karena saat ini rasio debt over
EBITDA IHSG hanya 0,09 kali sedangkan EBITDA grup Bakrie mencapai 5 kali hingga
7 kali. Bisa dibaca rata-rata emiten yang terafiliasi grup Bakrie membutuhkan
waktu 5 tahun hingga 7 tahun untuk melunasi seluruh kewajiban utangnya.
Kondisi tersebut merupakan dampak buruknya pengelolaan
perusahaan di kelompok usaha Bakrie yang diduga sarat rekayasa keuangan. Banyak
sekali informasi yang seharusnya diketahui publik tapi tidak dibuka secara
transparan, khususnya soal tata kelola utang. Jadi sebaiknya investor saat ini
wait and see saja, sambil menunggu krisis di grup Bakrie usai... entah makin
berkibar ataukah bubar...
Sebenarnya persoalan Bakrie ini semakin meruncing
sejak ada masalah dengan Bumi Plc .... Ribut2 tersebut akhirnya berbuntut pada
pengunduran diri Ari S. Hudaya, CEO Bumi Plc (ex Vallar Plc) yang berkedudukan
di London. Selain itu juga tidak terlepas dari sejarah terlahirnya Bumi Plc,
kongsi antara keluarga Bakrie dan Nathaniel Rothschild, milyuner Inggris. Bumi
Plc ini merupakan peleburan dari Vallar Plc (Rothschild) setelah dikuasainya
mayoritas saham perusahaan (30%) oleh keluarga Bakrie. Saat Bakrie mengalami
default investasi sebesar US$1 miliar di Bumi Plc, Bakrie menggandeng Samin
Tan, Bos PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU). Samin Tan pun menyetor investasi
sebesar US$1 miliar untuk membeli 23,8% saham Bumi Plc dari Bakrie. jadinya
Bakrie-Tan menguasai 30% saham. Konflik Bakrie-Tan dan Rothschild memuncak saat
surat Rotschild yg berisi “pembersihan radikal” di BUMI bocor ke media pada
November 2011. Akibatnya Pihak Bakrie-Tan memecat Rotschild dari jajaran
Direksi Bumi Plc dan ditempatkan sebagai direktur non-eksekutif di Bumi Plc. Lalu
Ari S Hudaya yang semula duduk di kursi direksi non-eksekutif Bumi Plc mundur
dan kembali ke PT Bumi Resources di Jakarta.
Samin Tan sendiri sejatinya sangat keberatan
dilibatkan dalam kekacauan ini karena dia telah mengalami kerugian amat besar
di Bumi Plc. Bayangkan, investasinya yang dulu sebesar US$1 miliar telah susut
menjadi sekitar US$140 juta.
Dicurigai adanya indikasi kesengajaan Bumi Plc untuk
menekan harga saham BUMI ke tingkat terendah lalu memborongnya kembali dg harga
murah. Kecurigaan itulah kini yang menghinggapi banyak orang, tetapi ada pula
yang menilai hal ini sengaja dihembuskan oleh Grup Bakrie sendiri. Bagaimanapun,
drama yang kini berlangsung di Grup Bakrie tentunya menjadi pergunjingan
dikalangan elit partai Golkar.. Kini mulai banyak yang meragukan kemampuan
Bakrie untuk menyiapkan dana bagi pencalonannya menjadi Presiden.. Begitu juga belum jelasnya masalah divestasi saham PT. KPC beserta skandal pajaknya.
Sebagian orang bahkan mengatakan inilah
karma dari berlarut-larutnya masalah Lapindo yang merugikan ribuan orang...
Sekian tentang Bakrie,,
No comments:
Post a Comment